Masa Depan Pendidikan Indonesia Antara Harapan dan Kenyataan

Jumat, 29 Oktober 2010

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Sekarang zaman telah berubah segalanya diinginkan serba cepat, apalagi di negara seperti Indonesia ini yang memiliki kinerja kerja rendah, proses cenderung di abaikan yang terpenting di prioritaskan adalah hasilnya. Hidup di zaman modern seperti ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Ingin berkomunikasi dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, hanya dengan mengangkat telepon atau akses ke internet. Ingin berbelanja atau memesan makanan tanpa keluar rumah, hanya dengan memesan melalui telepon atau melakukan transaksi melalui situs internet. Ingin transaksi transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa tidak perlu susah-susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone.
Orang-orang sekarang merasa sangat sibuk akan segala tugas dan pekerjaannya, mereka malas direpotkan oleh hal-hal yang ribet dan sepele, maunya serba cepat dan instan. Hadirnya beragam teknologi telah membuat banyak kemudahan dalam banyak hal, dan orang-orang telah di budayakan oleh kemudahan-kemudahan tersebut. Memang hal itu tidaklah salah selama masih dalam koridor-koridor kemandirian, sampai batasan tertentu teknologi dapat kita gunakan untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat dan praktis, tetapi tidak asal cepat, Kualitas juga harus tetap terjaga, padi yang dapat di panen selama 3 kali dalam setahun itu bagus, tapi kualitas alami padi yang di panen selama 1 tahun sekali itu masih lebih bagus. Karena hidup yang baik dan sukses itu adalah hidup yang sesuai dengan proses alam, dan menghasilkan kualitas bermutu.
Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tidak mau melewati proses alias malas. Yang penting cepat. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil sementara proses sudah dianggap tidak penting. Parahnya, “virus” itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instan sehingga terjadilah banyak orang melakukan korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, asal lulus, cepat kaya lewat penggandaan uang dan lain sebagainya. Kebanyakan dari mereka berpikir “Kalau memang berat, membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu?” “Kalau ada cara cepat yang memberi hasil, mengapa tidak dilakukan?.” Lebih lanjut, pemikiran-pemikiran dangkal seperti itu seakan-akan telah berakar pada budaya masyarakat saat ini. Sekarang ini tengah terjadi pergeseran nilai di masyarakat, orang semakin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain sekedar untuk mengejar kesuksesannya sehingga ia tak ragu-ragu untuk mengorbankan orang lain.
Pendidikan Cenderung Dibisniskan. Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi kita untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Promosi perguruan tinggi yang memberikan kemudahan dan iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak memiliki inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan seolah-olah hanya mengejar gelar untuk kelulusan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan bahkan ada yang hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini yang membuat persaingan menjadi tidak sehat, kondisi pendidikan perguruan tinggi seperti itu sangatlah memprihatinkan.
Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Bahkan ada beberapa PTS yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut, ketika selesai ujian akhir (UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IPK-nya tidak sesuai yang akan merusak citra perguruan tingginya tersebut. Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa tersebut tidak lulus. Dalam hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan yang berkualitas. Selain itu pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Dekan, Rektor dan Ketua Yayasan perguruan tinggi tersebut.
Ketika para sarjana memadati berbagai arena bursa kerja untuk menawarkan ilmu dan ijazah mereka, iklan-iklan penerimaan mahasiswa baru juga nyaris memenuhi halaman-halaman surat kabar. Dua fenomena tersebut ironis. Promosi Perguruan Tinggi untuk menjaring calon mahasiswa sama gencarnya dengan peningkatan pengangguran lulusan. Di sisi lain, perlu dipertanyaan, kualifikasi apakah sebenarnya yang disyaratkan oleh para pencari tenaga kerja untuk lulusan sarjana Perguruan Tinggi sekarang ini ?.
Jawaban yang diperoleh para peneliti umumnya adalah campuran kualitas personal seseorang dan prestasi akademiknya, namun pencari tenaga kerja tidak pernah mengkonkretkan atau menetapkan secara mutlak hal tersebut. Kualifikasi seperti memiliki kemampuan numerik, problem-solving dan komunikatif sering merupakan dugaan para pengelola Perguruan Tinggi daripada pernyataan sederhana dari para pencari tenaga kerja.
Tidak setiap persyaratan kualifikasi yang dimuat di iklan lowongan kerja sama penting nilainya bagi para pencari tenaga kerja. Dalam prakteknya, kualifikasi yang dinyatakan sebagai "paling dicari” oleh para pencari tenaga kerja juga tidak selalu menjadi kualifikasi yang paling menentukan diterima atau tidaknya seorang lulusan sarjana dalam suatu peluang pekerjaan yang menarik, tiga kualifikasi kompetensi personal yang biasa menjadi patokan pencari tenaga kerja, yaitu kejujuran, tanggung jawab, dan inisiatif.
Menjadi kualifikasi yang paling penting, paling dicari, dan paling menentukan dalam proses rekrutmen bagi pencari tenaga kerja sekarang yakni memiliki kemampuan kompetensi dan diri pribadi yang unggul, seperti mampu bekerja sama dan fleksibel, dipandang paling dicari dan paling menentukan. Namun, meskipun sering dicantumkan di dalam iklan lowongan kerja, indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagai salah satu indikator keunggulan akademik tidak termasuk yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan.
Di sisi lain, reputasi institusi Pendidikan Tinggi yang antara lain diukur dengan status akreditasi program studi sama sekali tidak termasuk dalam daftar kualifikasi yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan proses rekrutmen lulusan sarjana oleh para pencari tenaga kerja.
Ada kecenderungan para pencari tenaga kerja mengabaikan bidang studi lulusan sarjana. Kesesuaian kualitas pribadi seseorang dengan sifat-sifat suatu bidang pekerjaan lebih menentukan diterima atau tidaknya seorang lulusan Perguruan Tinggi. Misalnya, posisi sebagai kasir bank menuntut kecepatan, kecekatan, dan ketepatan. Maka, lulusan sarjana dengan kualitas ini punya peluang besar untuk diterima meskipun latar belakang bidang pendidikannya tidak sesuai.
Kualifikasi-kualifikasi yang disyaratkan dunia kerja tersebut penting diperhatikan oleh pengelola Perguruan Tinggi untuk mengatasi tidak sesuainya antara Perguruan Tinggi dengan dunia kerja. Jika perbaikan dalam sistem seleksi mahasiswa adalah dimaksudkan untuk menyaring mahasiswa sesuai kompetensi dasarnya secara faktual, dan perhatian terhadap kualifikasi yang dituntut pasar kerja dimaksudkan sebagai patokan dalam proses pengolahan kompetensi dasar di Perguruan Tinggi, apabila untuk itu semua, kerja sama Perguruan Tinggi dan dunia kerja sangat diperlukan, sehingga akan terjadi keselarasan dan keseimbangan diantara keduanya yang nantinya dapat memberikan solusi dan perbaikan atas rendahnya kinerja kerja yang ada di negeri ini.

Read More

Lomba Ansos Riset dan Teknologi Eksekutif Mahasiswa.

Sabtu 8 Mei 2010, RISTEK EM UB mengadakan perlombaan karya tulis ilmiah guna mengembangkan bakat dari para staf RISTEK, perlombaan Ansos ini sudah lama digelar yakni sebulan sebelum presentasi dimulai yang di adakan di gedung FE UB, kelompok Ansos sendiri dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok yang tiap kelompoknya terdiri dari 3 orang disertai seorang pembina. Anggota kelompok yang terbentuk tidak berdasarkan pada divisi masing-masing, namun semua divisi yang ada di RISTEK di gabung atau di campur antar tiap anggotanya, hal ini juga di maksudkan untuk mengakrabkan tiap-tiap staf dari satu divisi dengan divisi yang lainnya.
Setelah 1 bulan melakukan persiapan dalam kelompok masing-masing, maka sabtu 8 Mei 2010 kemarinlah saat tiap-tiap kelompok Ansos harus mempertanggung jawabkan hasil karya mereka dengan mepresentasikan karya tulis mereka dihadapan dewan juri yang terdiri dari tiga orang, dan dewan juri sendiri merupakan alumni RISTEK yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam hal karya tulis ilmiah dan sebagainya.
Kelompok yang melakukan persentasi sabtu lalu tidak sejumlah dengan kelompok yang sebenarnya, ini dikarenakan banyak kelompok yang belum menyelesaikan karya tulis mereka, berbagai macam alasan yang dilontarkan karena keterlambatan pengerjaan dari masing-masing kelompok, ada yang beralasan karena sibuk kuliah, tugas banyak, amanah banyak dan lain sebagainya, sehingga jumlah total kelompok yang melakukan persentasi adalah 7 kelompok, padahal sebenarnya jumlah total seluruh kelompok adalah 23 kelompok. Meskipun hanya 7 kelompok yang dapat melakukan persentasi namun hal itu tidak mengurangi tingginya antusias dan semangat dari peserta yang ada, barangkali dikarenakan adanya iming-iming hadiah bagi kelompok yang memiliki karya tulis terbaik. Penilaian dari dewan juri sendiri dilihat dari 2 faktor yakni dari karya tulisnya sendiri dan cara penyampaian dari peserta saat melakukan persentasi.
Tiap kelompok yang melakukan persentasi akan langsung diberi penilaian oleh dewan juri, dewan juri sendiri memberikan banyak masukkan dan kritikan kepada karya tulis mereka, itu dilakukan bukan untuk menjatuhkan mental mereka namun itu adalah upaya dari dewan juri untuk memberikan pengarahan yang lebih baik guna membangun dan meningkatkan pemahaman peserta dalam hal pembuatan karya tulis berikutnya. Meskipun dari ketujuh kelompok Ansos yang melakukan persentasi tersebut masing-masing mendapatkan banyak kritikan, namun hal itu justru memberikan dampak yang baik karena semakin membuka wawasan mereka untuk membuat suatu karya tulis yang lebih sempurna lagi.
Pada akhirnya ada 3 kelompok Ansos yang mendapatkan juara, dan itu sudah melewati penilaian dari dewan juri, sehingga ketiga kelompok yang berhasil meraih juara tersebut insyaAllah dipastikan adalah yang terbaik dari semua kelompok Ansos yang ada.
Barangkali ada sedikit kekecewaan dari pengurus harian RISTEK sendiri karena tidak mendapatkan harapan sesuai yang di inginkan yakni seluruh kelompok Ansos memberikan pertanggung jawaban atas karya tulisnya dan mepresentasikan karya tulisnya itu, padahal mereka sudah mempersiapkan banyak hal mulai dari lokasi perlombaan, pembina Ansos, hadiah, snack, serta mengundang dewan juri yang berbobot akan tetapi tidak dihadiri oleh seluruh kelompok atau peserta, namun mereka berpikir positif bahwa ini merupakan awal pembelajaran untuk para staf-stafnya agar menjadi penerus atau generasi RISTEK yang dapat berkomitment terhadap RISTEK kedepan.

Read More

Antara organisasi dan akademik..

pernah suatu ketika disaat kita bingung akan mendahulukan antara organisasi dan akademik, meskipun dari awal kita sendiri sudah tau bahwa harus dan harus lebih memprioritaskan diri terhadap akademik, karena merupakan tanggung jawab yang harus kita setor kepada orang tua,, tapi meskipun begitu terkadang organisasi juga membuat kita bimbang untuk memprioritaskan akademik,, mengapa bisa begitu?? ya karena serasa sudah terlanjur mengubur diri dalam komunitas organisasi,, berat rasanya meninggalkan atau membelakanginya, tapi di sisi lain kita juga harus memikirkan akademik yg terus menerus menuntut keseriusan dan fokus kita,..

jarang bisa kita temukan orang yang bisa 100% di akademik dan 100% pula dlm aktivitas organisasisnya,.. yah meskipun bnyk pendapat org mengatakan begitu tapi saya sendiri mengaku jujur tidak dapat melakukan hal yg demikian., bukannya mau menyangkal "tidak ada istilah tidak mungkin" atau mau menjatuhkan diri sendiri, tapi seperti itulah kenyataannya,. organisasi memang bisa sejalan dengan akademik, ya saya tidak menyangkal hal itu, tapi untuk membuatnya sempurna di keduanya saya masih belum yakin,. harus ada yang dikorbankan atau harus ada salah satu yang berat sebelah,, dan bagian mana yg harus d beri porsi lebih adalah sesuaikan dengan bagaimana hati2 kita bisa nyaman dan tenang akannya,,


Luapan keresahan........
terkadang saya merasa malu akan panggilan atau jarkoman dari pimpinan yg terus menerus...
saya tau bahwa posisi sy sebagai prajurit haruslah patuh terhadap pemimpin, saya tau bahwa prajurit yg baik adalah prajurit yang taat thp tiap perintah pimpinan, saya tau bhwa kunci kegagalan strategi sebuah jamaah adalah tidak patuhnya prajurit dan kunci keberhasilannya adalah patuhnya prajurit thp pemimpin... dan banyak lagi, saya tau semua itu,, saya akui saya bodoh, saya lemah, saya tidak sebaik prajurit lain.. terserah saya mau dikatakan seperti apapun.. saya bukannya benci thp jamaah ini.. entah sulit sekali mengatakannya tapi tolong saya punya jalan sendiri... apabila kata2 it sy lantas dikatakan,, "kalo jamaah ini seperti kamu yg maux ijtihad sendiri-sendiri maka smua ini akan hancur dan gagal,,"saya siap terima apapun dalil dan ungkapan smua tentang salahnya pilihan saya ini,, tapi tetap satu yg akan saya katakan.. "saya punya jalan sendiri, tetaplah yg lain dlm jamaah ini,, apabila kalian tdk suka dgn cara saya,, maka maapknlah,, tp tetap ini jalan yg saya pilih, tidak ada kata2 lain lagi"...
saya mau dikatakan apatis silahkan, sy mw dikatakan futur silahkan, sy mw dikatakn pengecut silahkan... tapi ingatlah satu hal akhi... tidak semua kejelekan sy yg antum lihat itu salah... jangan antum merasa paling benar sendiri, dan jangan antm trlalu yakin terhadap kesalahan org lain,, selama saudara antm itu masih dalam islam dan berpegang terhadap al-Quran dan Hadits... kita hanya beda jalur,, tapi harapnya sama... meskipun antm yakin 100% jalur yg antm pilih adalah lebih baik dari yg saya pilih.

Read More

Ilmu Pembersih Hati

Sabtu, 16 Oktober 2010

Ada sebait do'a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla sebelum seseorang hendak belajar. do'a tersebut berbunyi : Allaahummanfa'nii bimaa allamtanii wa'allimnii maa yanfa'uni wa zidnii ilman maa yanfa'unii. Dengan do'a ini seorang hamba berharap dikaruniai oleh-Nya ilmu yang bermamfaat.

Apakah hakikat ilmu yang bermamfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermamfaat apabila mengandung mashlahat - memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, mamfaat tersebut menjadi kecil artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan-Nya.

Oleh karena itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermamfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati." seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata, "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri."

Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, "Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18] : 109).

Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air di tengah samudera luas. Kendatipun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya, niscaya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun!

Akan tetapi, walaupun hanya "setetes" ilmu Allah yang dititipkan kepada mnusia, namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari. sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, niscaya kita akan mendapatkan mamfaat darinya.

Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya. "Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?" Sang guru menjawab, "Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih." Artinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya.

Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majelis-majelis ta'lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? itu dikarenakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat, maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.

Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. Walhasil, bila kita menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal shalih, maka usahakanlah ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah digunakan untuk menzhalimi sesama. Semakin hati bersih, kita akan semakin dipekakan oleh Allah untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermamfaat. darimana pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.

Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya. Karenanya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih, sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermamfaat.

Bila mendapat air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari tawas (kaporit) untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita harus mencari ilmu yang bisa menjadi "tawas"-nya supaya kalau hati sudah bening, ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa mamfaat.

Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun kalau kita sebagai penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak bisa tidak ilmu yang didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka. Sibuk mengkaji ilmu fikih, hanya akan membuat kita ingin menang sendiri, gemar menyalahkan pendapat orang lain, sekaligus aniaya dan suka menyakiti hati sesama. Demikian juga bila mendalami ilmu ma'rifat. Sekiranya dalam keadan hati busuk, jangan heran kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling shalih, dan menganggap orang lain sesat.

Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk mengkaji ilmu kesucian hati dalam rangka ma'rifat, mengenal Allah. Datangilah majelis pengajian yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan berdekat-dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Kita selalu dibimbing untuk banyak berdzikir, mengingat Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sadar betapa teramat kecilnya kita ini di hadapan-Nya.

Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur, dan sum'ah. Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh. Itu semua hanya karena sepersekian dari setetes ilmu yang kita miliki? Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah jua, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita?

Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat lebih bertaqarub kepada-Nya.***

di kutip dari tausiyah KH Abdullah Gymnastiar

Read More

Lomba Pensami akhirnya kumenangkan juga...Yes!!

tak kusangka essay ku yg berjudul Halocline berhasil menjadi juara pertama.. padahal awal mulanya ikut lomba ini cuma iseng2 doang.. g ada ambisi dan target menjadi juara, apalagi juara pertama,, tapi saya tetep mengikuti perlombaan ini dengan serius dan sebaik-baiknya..

design poster yg saya buat juga g bagus-bagus amat,, tapi barangkali karena memenuhi syarat dan komplesitas dari aturan lomba makax juga berhasil lolos. dan yang terakhir presentasi.. nah kalo ini saya baru benar2 kerja keras, karena harus belajar ke salah seorang teman utk gimana caranya presentasi yang baik dan benar, prsiapan presentasi yang saya lakukan sampe tengah malam waktu itu,, kira2 jam 1 lah baru power point yg saya buat berhasil, dan dengan segala persiapan sebelum besok siangnya harus d presentasikan, maka saya meminta salah seorang teman utk menjadi operator pribadi saat presentasi berlangsung, yah sekitar 1 jam sblm presentasi saya dan teman saya itu berlatih beberapa kali agar saat tampil d depan juri nanti memiliki kesiapan setidakx,, yah dan walhasil saat presentasi berlangsung para peserta dan dewan juri benar2 menyimak segala hal yang saya sampaikan,,, setelah selesai salah seorang teman yg sekaligus peserta saat itu berkata kepada saya "wah bagus sekali presentasimu de,, juara 1 dah kamu nanti".. hmmm saat itu sy optimis bakalan dapat juara 1,, alhamdulillah beberapa hari kemudian panitia mnghubungi via sms bahwa saya benar2 terpilih sebagai juara pertama.. hhuuu senangnya... bakalan makan2 nih kontrakan 'kata salah seorng teman kontrakan saya d Azzam'

Read More
 
Bloggerized by Blogger Template