Halocline

Rabu, 03 November 2010

Halocline,, sebuah fenomena pertemuan air asin dan air tawar.. hmm menakjubkan bukan??

ya itu adalah sebuah keajaiban alam yang sungguh luar biasa, dimana dua buah sifat air terpisah dengan jelas di laut lepas.. ini bukan hasil rekayasa, ini memang seseuatu yang nyata adanya,, kemarin saya menggunakan fenomena ini sebagai bahan essay saya dalam lomba di fakultas,, dan alhamdulillah saya juga menjadi juaranya..

Halocline,, apa kalian sebelumnya pernah mendengar tentang hal itu?,, yups itu juga baru saya tahu semenjak saya mencari-cari artikel tentang keajabaian alam, luar biasanya keajaiban alam ini bukan fenomena yg baru-baru muncul, namun sudah berabad-abad silam, ya fenomena ini terabadikan dalam surat di dalam Al-quran, yaitu surat Al-Furqon ayat 53
 Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Halocline adalah sebuah zona vertikal di dalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman. Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar.
Ilmu pengetahuan modern telah menemukan bahwa ditempat-tempat dimana dua laut berbeda bertemu, ada sebuah penghalang diantaranya. pengahalang ini memisahkan keduanya sehingga setiap laut memiliki temperatur, kadar garam, dan kepadatannya masing-masing. sebagai contoh air laut mediterranea terasa hangat, asin, dan ringan. Ketika air laut mediterranea memasuki benua Atlantik melewati ambang Gibraltar, air ini bergerak beberapa ratus kilometer memasuki kedalaman benua Atlantik sekitar 1000 meter dengan karakteristik air yang hangat, asin dan kepadatan yang ringan juga.
Ilmu pengetahuan modern telah menemukan bahwa didalam muara, dimana air tawar dan air asin bertemu. Situasinya agak berbeda dari apa yang ditemukan di tempat-tempat di mana dua lautan bertemu. air ini ditemukan bahwa yang membedakan air tawar dari air asin di muara adalah “zona halocline” ditandai dengan diskontinuitas kerapatan yang memisahkan dua lapisan. Partisi ini (zona pemisahan) memiliki kadar keasinan yang berbeda dari air tawar dan dari air garam.
Air asin memiliki kepadatan yang lebih besar dibandingkan air tawar. Ini membuat ia memiliki berat jenis yang juga lebih besar. Karena itu wajar kalau air tawar berada di atas air asin. Ketika kedua jenis air ini bertemu, ia akan membuat lapisan halocline yang berfungsi menjadi pemisah antara keduanya. Peristiwa ini tidak terjadi di semua pantai atau bagian di laut, ada sebuah tempat yang bernama Cenote Angelita di Mexico, disana ada sebuah gua yang apabila diselami hingga kedalaman 30 meter maka akan dijumpai air tawar, namun jika diselami lebih dalam lagi hingga mencapai 60 meter maka akan bertemu dengan air asin lagi, lalu di bawahnya akan terlihat sebuah sungai lengkap dengan pohon dan daun-daunnya, para ilmuan mengatakan bahwa hal itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hydrogen sulfida yang nampak seperti sungai, Lapisan Hidrogen Sulfida ini terbentuk akibat pohon-pohon atau organisme yang membusuk di dasar Cenote. Karena itu lapisan ini memiliki bau yang tidak enak, seperti telur busuk. Selain karena aktifitas bakteri pembusukan, gas ini juga bisa dihasilkan oleh aktifitas gunung berapi. Dalam kadar yang tinggi, gas ini berbahaya bagi manusia karena bisa mengganggu beberapa sistem dalam tubuh manusia.
Ada sebuah kisah unik dari seorang nasrani tua, ia adalah seorang ahli oceanographer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu membuat bingung Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya Kemudian bertemu, Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing” (Q.S Ar-Rahman:19-20).
Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 seperti yang telah disebutkan di atas. Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.
Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan Sungai dalam Laut
Sumber Kutipan :
1.      Al-Quran
2.      Wikipedia
3.      http://satriaji-andianto.blogspot.com/2010/04/penjelasan-misteri-sungai-bawah-laut.html

0 komentar:

Posting Komentar

 
Bloggerized by Blogger Template