Masa Lalu yang Kelam..

Rabu, 29 Desember 2010

Suatu ketika di masa jahiliyahku,.. seperti itu teman-teman ikhwahku mengataiku, aku adalah anak yang loyal, mudah bergaul dan suka banyak bicara alias menjadi tukang lawak di kelas sehingga seluruh teman bahkan guruku akan mengatakan sepi di kelas bila tanpa kehadiranku, saat itu aku biasa berbicara dengan wanita, bercanda dengan mereka bahkan sering pula aku bersentuhan dan hal itu terasa biasa-biasa saja.

Aku juga bisa dikatakan playboy karena banyak gadis yang kupacari saat itu hingga sahabatku sendiri, namun suatu ketika ada seorang temanku yang benama Tohri, dia anak yang soleh dan rajin Sering ke musholla di saat istirahat, hal itu kuanggap begitu aneh karena dia berbeda dengan anak seusia kami pada umumnya, kebetulan Tohri ini teman kelasku jadi akupun tahu bagaimana prestasinya di kelas cukup cerdas dan kritis, banyak hal yang misterius dari dirinya karena Tohri memang tipe orang yang tertutup dan jarang bergaul namun hal itulah yang membuatku merasa curiga dengan anak yang satu ini, aku sudah berpikir yang tidak-tidak terhadapnya, aku berniat memata-matainya apabila ada hal aneh yang dilakukan Tohri ingin ku adukan pada wali kelas tentang keanehan dirinya.

Suatu ketika saat aku membuntutinya ke musholla kulihat di dalam Tohri sedang berdiri tegap seperti sedang melaksanakan sembahyang,

“lagi apa si tolol itu disana??, kok jam segini shalat, shalat apa dia?, wah harus di laporkan nih, ini sepertinya sesat”. Aku menimpali.

Sesaat sebelum aku beranjak berlari melaporkan hal itu ternyata empat orang anak dari kelas lain sudah berdiri di belakangku

“mau lapor apaan Fras?, apa yang sesat?”, tanya salah seorang anak tersebut.

“itu kamu lihat saja di dalam, Tohri lagi melakukan ritual sesat!”, ucapnya dengan nada sinis

“sembarangan kamu, atas dasar apa kamu sebut-sebut orang lagi berbuat sesat?!, eh Fras kamu jangan asal ngomong ya, akh Tohri lagi shalat Dhuha, shalat sunnat yang di anjurkan Rasulullah” ucap seorang yang membawa mushaf di tangannya.

****************************************************************************
Entah darimana datangnya perasaan ini, tetapi yang jelas ini merupakan hidayah Allah. Pertama kalinya hatiku tergugah untuk berubah setelah sekian lama ku bergelimangan dosa, kini saatnya ku bertaubat, dari sini kumantapkan hatiku untuk menjadi bagian musholla ini dan ku bertekad meninggalkan segala macam maksiat yang pernah kulakukan.

****************************************************************************
Seperti biasa kelasku selalu ribut pada jam-jam kosong, namun kali ini sesuai janji hatiku bahwa aku tak akan banyak bicara dan melakukan kegiatan sia-sia seperti yang biasa kulakukan dulu

“sayang...” seorang wanita datang menghampiriku

“gimana malam minggu ini? Kita ngedate yuk,” wanita itu merangkul pundakku dan duduk di bangku sebelahku.

“ooh.. kamu Mit, ngapain sih?” kuturunkan tangannya yang menggantung di pundakku

****************************************************************************
Bell istirahat siang berbunyi, aku langsung keluar berjalan menuju musholla. Di musholla aku bertemu dengan beberapa anak yang belum kukenal, saat itu jumlah kami berenam.

“assalamualaikum...” ucapku terhadap teman-temanku yang berada di dalam ruangan musholla tersebut.

“waalaikumussalam..” ucap mereka serentak membalas salamku.

“mari akh silahkan gabung, langsung saja kita lagi ngadai diskusi nih..” ucap Tohri orang yang paling kukenal di antara mereka semua.

Aku merasa asing saat itu karena masih belum beradaptasi sepenuhnya dengan lingkunganku yang baru, insyaAllah ini lingkungan yang baik.

“baiklah kalau begitu akan kujelaskan pada Frasetyo terlebih dahulu mengenai rencana kita semua, karena mungkin dia masih belum tau akan hal ini, gini Fras kita semua disini berencana ingin membangun suatu organisasi islam agar kedepannya musholla ini ramai dengan kegiatan-kegiatan islami, coba saja perhatikan musholla ini begitu kumuh dan kotor, tidak terawat, apa kita sebagai seorang muslim membiarkan begitu saja tempat ibadah kita memiliki keadaan seperti ini, ini kan sungguh ironis” Tohri menatapku lalu menyapu pandangannya

“untuk itulah disini kita semua bergerak penuh bersama-sama untuk dapat membangun organisasi islam ini dengan harapan mampu meningkatkan ghiroh ukhuwah dan memperbaiki keadaan sekolah kita ini menjadi lingkungan nan islami”
“insyaAllah aku dari OSIS akan turut campur sepenuhnya memperjuangkan diterimanya organisasi ini Tohri.” Sahut seorang anak yang bernama Zainuri,

dan baiknya lagi kebetulan ia merupakan ketua OSIS yang memiliki paras baik dan santun, dan ia pun begitu mendukung adanya rencana dan kegiatan dari organisasi ini.
Meskipun saat itu forum yang kami buat masih bersifat rahasia dengan jumlah tujuh orang, namun kami semua memiliki semangat dan gairah iman yang sedang menggelora akibat buruknya tingkah laku teman-teman kami, sehingga semangat itu muncul di tengah-tengah porak-porandanya iman para siswa di sekolah.

Setelah satu jam masalah-masalah tadi di rumbukkan, akhirnya di putuskan sebuah kemufakatan bahwa nama dari organisasi islam yang telah kami rencanakan adalah REMUSH NURI singkatan dari Remaja Musholla Nurul Ilmi, yang berarti remaja islam dengan cahaya ilmu. Begitu pula dengan pembentukan kepengurusan, Tohri menjadi ketuannya sedangkan aku menjadi wakil ketuanya. Setelah itu kami mengajukannya kepada kepala sekolah melalui OSIS dan alhamdulillah kepala sekolah menerimanya dengan senang hati.

Seiring berjalannya kegiatan dakwah kami dan timbulah simpatisan dari siswa-siswa lainnya maka semakin bertambah saja anggota dari organisasi islam tersebut, padahal baru beberapa bulan berdiri namun memiliki jumlah anggota yang cukup banyak, meskipun ada dari beberapa anggota yang kelakuannya tidak sesuai dengan ideologi organisasi semisal berpacaran hal itu kami maklumi dan memang hal itulah fungsi organisasi ini untuk secara perlahan meluruskan.

Untuk mengisi kegiatan tiap minggunya awalnya kita meminta tolong pada pada da’i muda yang ada di sekitar untuk mau mengisi waktunya memberikan siraman rohani kepada para anggota-anggota REMUSH NURI, hal itu berjalan dengan lancar dengan jadwal kegaiatan yang telah di atur.

“dug..dug...dug...” suara dentuman alat musik begitu melengking terdengar.

“eh suara apa itu? Selain itu kok kelas pada sepi ya” aku berbicara sendiri sambil menoleh ke segala arah menscan keberadaan orang-orang.

Tak taunya hasil scan mataku mengarah kepada beberapa orang wanita berjubah dari organisasi Remush Nuri sedang merapikan bukunya

“Ukhti antum tau ada apa ini kok sepi?, terus di gazebo suaranya ribut banget, kayaknya ada band y?”, firasatku bahwa sepinya kelas ini mungkin karena adanya perayaan atau acara hiburan di sekolahku, namun aku masih terheran sambil bertanya pada mereka dengan keadaan bingung.

“anta betul akh, di gazebo besar lagi ada band, sekarang g belajar karena emang ada acara festival musik sih yang ana denger.” Kelihatan jelas dari raut wajahnya bahwa ia benci dengan hal tersebut

“haah... sejak kapan, kalau begitu aku coba lihat kesana ukht.” Akupun langsung menuju gazebo besar, di kejauhan ku perhatikan segerombolan pria berdiri seolah mengawasi jalannya festival, setelah kudekati ternyata mereka adalah para Ikhwah dari organisasi Remush Nuri yang sedang memantau aksi band di atas panggung.

Betapa kecewanya kami menyaksikan apa yang dilakukan orang-orang tak bermoral di atas sana, dua wanita muda berpakaian seksi berjoget erotis di atas panggung, sungguh pemandangan yang mengumbar-umbar syahwat, kami sempat kaget lalu membaca istighfar sambil berlalu menjauhi tempat kezaliman tersebut

“mengapa kepala sekolah bisa sampai mengijinkan wanita-wanita bejat itu ada di atas panggung, kupikir ini hanya festival anak band, ternyata keadaannya jauh lebih buruk lagi,.” Tohri bergumam sesekali menghela nafasnya dan beristighfar atas peristiwa yang ia saksikan.

“akhi, ana tau akar permasalahan ini.” Ucap Zainuri tiba-tiba memecah keheningan di antara kami.

“seminggu yang lalu memang pembina OSIS telah mengatakan akan adanya acara festival ajang musik kreasi di gazebo besar, hal itu di informasikan kepada pengurus OSIS agar dapat membantu sebagai panitia untuk lancarnya kegiatan ini, ana juga sempat memberontak dan melakukan alasan penolakan namun pak Darmo malah memarahiku dan mengatakan hal yang tidak-tidak padaku, bahkan dia berkata ‘kamu jangan sok tau, baru jadi ketua OSIS udah berani tentang gurumu’, saat itu aku hanya terdiam saja mendengar pak Darmo menceramahiku, hingga aku tak mau ikut terlibat dalam urusan acara tersebut, menurut hematku juga barangkali kepala sekolah belum tau kegiatannya sampai seperti ini” ucap Zainuri panjang lebar.

“kalau begitu sekarang kita sama-sama berkumpul di musholla sebagai ajang empati dan penolakan kita terhadap kegiatan laknat itu.” Ucap Tohri dengan berani.

Setelah itu kami mencoba mengumpulkan anggota-anggota ikhwan yang lainnya, tetapi hanya membuat kecewa saja, kebanyakan dari mereka malah mendukung kegiatan musik dengan alasan hiburan dan kreatifitas, hanya beberapa dari anggota yang benar-benar ikhlas dan istiqamah yang mendukung rencana kami semua.

“baiklah kalau begitu, sekarang aku mau pinjam wireless ke wakasek untuk kegiatan kita ini, Zul kamu juga ikut temani aku” ucap Zainuri

Sesampainya di pintu ruang wakasek, “ pak maap, kami mau pinjam wireless boleh?”
“hmmhh?? Untuk apa?” pak Darmo yang kebetulan sebagai wakasek sarana

“untuk kegiatan REMUSH di musholla pak” Zainuri tersenyum,

“kalian ini tidak mengerti, sekolah sedang melaksanakan acara di gazebo, lantas sekarang mau buat acara sendiri, apa maksud kalian? Tolong hargai kegiatan sekolah yang ada dan kalian sukseskan acaranya. Bapak tidak izinkan kalian untuk meminjam wireless, jadi sekarang ajak semua teman-teman kalian untuk memeriahkan acara di gazebo sana” pak Darmo berbicara dengan emosi

Kami berdua kembali dengan perasaan luka, tidak menyangka mendapat perlakuan kasar dari seorang guru padahal dimana kami ingin melakukan kegiatan yang positif.

**************************************************************************
Dengan perlahan kami mulai memprogramkan tiap-tiap rencana yang telah kami mufakatkan dan mulai menyiarkannya kepada teman-teman dekat kami terlebih dahulu secara tertutup. Mirip saat Rasulullah melakukan dakwahnya yang sembunyi-sembunyi di kalangan orang-orang yang belum masuk islam. Begitu pula kami, tiap orang dari kami memprogramkan diri untuk mampu membawa satu atau dua orang teman-teman terdekatnya untuk mau di ajak ke musholla, melaksanakan shalat dhuha, mengaji atau pun kegiatan lainnya yang bermanfaat. Kami bahagia melihat respon teman-teman dekat kami tersebut di terima positif hingga mereka terbiasa melakukannya sendiri secara istiqamah.

5 komentar:

Requaza mengatakan...

hehe maap y,, cerpennya emang belum rampung,, disana sini masih banyak yang bolong.. maklum waktu itu lagi g mood.

Anonim mengatakan...

ini kisah nyata ?

Unknown mengatakan...

y enggaklah.. ini murni fiktif belaka

umiabie mengatakan...

ceritanya bagus, thanks ya..

ade mengatakan...

hoho bagus y.. thanks deh, pdhl prasaanku ni cerita GJ,, soalx sm skli g runtut.. ini nih cerpen yg tak buat wkt msh SMA dulu :)

Posting Komentar

 
Bloggerized by Blogger Template