Janji Allah dan Janji setan

Kamis, 06 Oktober 2011


Suatu ketika Abu Bakar menyaksikan tujuh orang budak yang disiksa majikannya. Akhirnya diketahui tujuh orang itu disiksa lantaran mereka beriman kepada Allah. Abu Bakar merasa kasihan dan ingin membela. Maka dibelilah mereka dengan harta yang dimilikinya.
Ibnu Hatim meriwayatkan, setelah pembebasan budak oleh Abu Bakar itu maka turunlah firman Allah, “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang maha tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail : 17-21)
Abu Bakar beramal karena yakin terhadap janji Allah. Turunnya ayat tersebut, tak pelak membuat beliau semakin yakin akan janji-Nya. Ayat itu menjadi janji Allah kepada Abu Bakar. Namun sejatinya, janji tersebut hakikatnya bukan hanya untuk Abu Bakar saja, melainkan juga untuk orang-orang sesudahnya yang berusaha mengikuti jejak kedermawanan Abu Bakar.
Menjadi orang-orang yang yakin terhadap janji Allah seperti Abu Bakar tentu butuh perjuangan. Sebab, balasan yang dijanjikan tak nampak jelas di hadapan. Tapi justru disinilah letak ujian itu. Yang memberi janji tidak tampak mata, dan yang dijanjikan juga tak nampak mata. Karena itulah agar tak ada yang ragu sesudahnya, Allah berfirman, “sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. AL-Mulk:12)
Tapi kemudian bukan berarti tak ada manusia yang tidak yakin akan janjinya Allah. Justru mereka itulah, orang-orang yang tidak yakin akan janji Allah itulah adalah manusia kebanyakan. Sebagaimana firman Allah, “ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya).” (QS. Yunus: 10)
Agar sampai pada keyakinan kuat terhadap janji Allah memang butuh perjuangan. Dalam perjalan, disadari atau tidak, manusia sering menelikung karena tergoda oleh iming-iming kemegahan dunia. Seolah-olah membanding-bandingkan janji Allah dengan keuntungan di dunia semata yang tak jelas halal-haramnya. Kebanyakan mereka berkata, “buat apa mengharap yang tak nampak dan masih jauh disana, mending yang tampak dan sudah di depan mata di sikat saja”.
Kepandaian setan dalam menipu juga membuat kita amat terpedaya. Ragu pada janji Allah. Padahal telah Allah ingatkan, “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”.: (QS. Faathir: 5)
Terombang Ambing Diantara Dua Janji.
Ketahuilah, sesungguhnya manusia selalu berada dalam dua pengharapan janji. Yaitu pengharapan pada janji Allah dan pada janji setan. Dua pengharapan janji itu tidak akan terjadi bersamaan. Orang yang mengharap janji Allah, tentu dia tidak percaya kepada janji setan. Sebaliknya orang mengikuti janji setan, maka pasti dia tidak beriman pada janji Allah, Manusia selalu diombang-ambing kan oleh dua pengharapa itu, Satu saat pengharapan janji Allah yang menang, Namun di saat yang lain lebih mengikuti janji-janji setan.
Apa saja janji setan itu? Tentu saja janji setan itu kebalikan dari janji Allah. Kalau Allah menjajikan balasan neraka kepada ahli maksiat, maka setan menjanjikan tidak ada balasan apa-apa atas perbuatan maksiat, justru setan mengiming-iming kenikmatan dunia apabila manusia melakukan perbuatan haram. Atau barangkali menjanjikan ampunan hanya cukup dengan mengucap ‘astaghfirullah’ saja.
Sebaliknya, kalau Allah menjanjikan balasan surga kepada mereka yang beriman dan beramal shalih, maka setan meyakinkan dengan ketiadagunaannya. Justru setan membujuk, bahwa amal shalih adalah perbuatan yang melelahkan dan kadang berujung pada kehidupan yang menyakitkan.
Maka langkah beruntungnya orang-orang yang tetap yakin pada janji Allah. Saat Allah telah menunjukkan kebenaran janjiNya, Allah menantang orang-orang yang meragukan janjiNya itu. Sekarang lihat, siapakah yang lebih benar perkataanya dari pada Allah? “orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak akan kami masukkan ke dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataanya dari pada Allah? (QS. An Nisaa: 22)
Lantas, bagaimana nasib orang yang di dunia  dia terlena dengan janji setan? Nahas bagi mereka. Karena kelak di akhirat, ketika mereka meminta pertanggungjawaban pada setan, justru setan enggan dianggap sebagai biang kesalahan. Kelak setan akan berkata, “sesunggunya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri, Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” (QS. Ibrahim: 22) sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.
Allah berjanji membalas Dunia Akhirat
Janji Allah kepada orang-orang beriman dan beramal shalih tidak hanya untuk kebahagiaan hidup di akhirat. Dalam surat Yunus 64, Allah menegaskan. “Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 64)
Dalam tafsirnya, Ibnu katsir menjelaskan balasan dunia melalui hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Dzar, bahwa dia bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah tentang seseorang yang mengerjakan suatu amal lalu orang memuji dan menyanjungnya?” maka Rasulullah bersabda, “itulah berita gembira orang mukmin yang disegerakan” (HR. Muslim).
Nama baik, kehormatan dan kemuliaan, adalah balasan dunia bagi mereka yang berbuat kebaikan. Itu janji Allah. Hal lain yang menjadi janji Allah terhadap orang-orang beriman di dunia adalah berupa peneguhan hati agar tidak mengalami ketakutan dan kesedihan. Firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Al-Fusshilat: 30)
Siapa yang tak ingin janji itu. Siapa yang tak ingin janji penjagaan malaikat itu. Disaat kehidupan dunia yang makin tak menentu, bukankah janji “peneguhan hati” itu menjadi sesuatu yang sangat-sangat diinginkan. Seandainya kita berlimpah harta, kita akan sangat bersedia menukarkan emas sebasar gunung sekalipun demi sebuah “ketentraman jiwa”. Mengingat karunia “ketentraman jiwa” itu makin hari semakin langka saja.
Demikianlah Allah menunjukan sifat welas asih-Nya. Agar tak ada manusia yang mengatakan, Allah hanya menjanjikan kebahagiaan akhirat, dan tidak memberi janji kebahagiaan di dunia. Maha suci Allah dari prasangka tersebut. Wallahu ‘alam Bishowwab.

1 komentar:

veby mengatakan...

bener banget tuh..
setan masuk neraka aja loeeeeee

Posting Komentar

 
Bloggerized by Blogger Template