MILITANSI DAKWAH
Militansi tidak di ukur dari besar dan banyaknya amanah, tidak pula di ukur dari banyaknya seorang jundi mengikuti sebuah organisasi. Ukuran militansi itu sejauh mana keikhlasan, kejujuran yang ada pada diri seorang jundi atau kader dakwah. Keteguhan untuk melaksanakan tugas sebagai seorang muslim dengan sebaik-baiknya. Serta kesiapan melangkah bersama jama’ah dakwah. Kita bisa berkaca pada apa yang telah dilakukan oleh para sahabat dan sohabiah. Para generasi terbaik islam, para muasis dakwah kita. Allahu Akbar!.. firman Allah dalam Al-Quran Surat An Nisaa’ ayat 95 yang artinya:
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar” (An Nisaa’:95)
Al Qu’uud: Duduk-duduk (tidak militant), suatu penyakit yang menimpa seorang kader yang membuatnya terhambat mencapai tujuan. Kadang ia datang dengan tiba-tiba, yang membuat kader tersebut menghentikan langkahnya, atau terlambat, lalu ia tidak memperhatikan jama’ahnya.
Sebab-sebab Al-Qu’uud:
1. Maksiat kepada Allah
2. Kelonggaran dalam melakukan hal-hal yang diperbolehkan
3. Bercokolnya dunia dalam hati
4. Tidak ada niat untuk melanjutkan amanah sampai akhir dan atau tidak bekerja sesuai niat
5. Hidup diantara orang-orang yang suka berpangku tangan
6. Tidak yakin akan janji Allah dan RasulNya akan kemenangan dakwah
7. Kendala perjalanan dan ketidakpastian dalam menghadapinya
8. Perpindahan posisi ke prajurit setelah sebelumnya menjadi panglima
9. Tertipu janji-janji kebathilan
10. Tidak menghormati kader lain
11. Membebani diri dengan kewajiban di luar kemampuan
12. Tidak memaapkan kekeliruan orang lain
13. Menduga bahwa dalam perilaku Al-Qu’uud bisa menemukan kenyamanan
14. Tidak ada tanggapan dari orang lain
15. Tidak waspada akan dampak dari Al-Qu’uud
Dampak Al-Qu’uud
1. Berduaan dengan Syaithan
2. Berlipat gandanya dosa
3. Kehinaan dan kerendahan
Cara mengatasi Al-Qu’uud
1. Memperhatikan ciptaan Allah
2. Menyadarkan orang-orang yang berpangku tangan akan tanggung jawabnya kepada Allah
3. Selalu berdo’a dan bertobat
4. Menghilangkan dalam hati kecintaan pada dunia
5. Senantiasa ingat akan siroh orang-orang yang mengalaminya
6. Merenungkan realitas Al-Qaa’idiin
7. Memerangi nafsu agar bersatu ia dalam nafas jihad
8. Memutuskan persahabatan dengan Al-Qaa’idiin, kecuali untuk dakwah
9. Ingat janji Allah akan kemenangan islam
10. Waspadai segala bentuk kendala perjalanan
11. Segera melakukan tugas-tugas dakwah
12. Melakukan upaya diri untuk mengerti orang lain
13. Muhasabah diri
14. Lapang dada dalam pergantian posisi
15. Teruslah berdakwah walau tidak mendapat respon
“gunakanlah fatwa ibnu umar dalam dirimu, dan gunakanlah fatwa ibnu Abbas untuk orang lain”
Tausiah dari salah seorang sahabatku…Azzamer
0 komentar:
Posting Komentar